Sebentar, Mom!

Judul Buku : Life On The Refrigerator Door (Kehidupan di Pintu Kulkas)
Penulis : Alice Kuipers
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Buku ini seakan melambaikan tangan waktu pertama kali aku lihat. Ya, dari judulnya saja, aku belum bisa menebak kehidupan macam apa yang akan dibahas. Sempat terlintas buku ini membahas tentang kuman disekitar kulkas. Hihihi...
Ternyata, sinopsis dibelakangnya membeberkan salah satu kisah kehidupan modern yang serba sibuk. Buku yang berkisah tentang ibu dan anak tunggalnya yang bernama Claire. Ayah yang sudah bercerai namun tetap memiliki hubungan baik, ibu yang sibuk dengan pekerjaannya dan anak gadis dengan segudang aktivitas. Buku setebal 240 halaman ini memang berkisah tentang remaja (tetep...)
Berbeda dengan bacaan remaja lainnya, buku bernuansa ceria ini tidak mengekspos dunia remaja yang pacaran putus-bertengkar-nyambung gitu. Buku ini cocok banget buat kita-kita yang sayang banget sama mama. Dan cocok buat kamu-kamu yang benci banget sama mama. (heheheh) Buku ini ngingetin kita, seburuk-buruknya mama dan sesedikit-sedikitnya waktu yang kita punya bersamanya, mama terus mendukung. Sebenarnya, mama lah yang paling mengenal kita lebih dari siapapun.
Buku ini juga menggambarkan kehidupan ‘sederhana’ orang luar yang pekerja keras. Cari duit. Duit. Duit. Juga kehidupan seorang ibu yang berani dan kuat menghadapi masalah pribadi dan sekelilingnya. Buku ini ngajarin kita untuk bisa menerima hidup, betapa pun itu sulit kita terima. Realistis banget!
I do love this book! :D
Meskipun kesannya mendalam, buku ini juga sedikit aneh bin nyeleneh. Isinya yah sebatas catatan di pintu kulkas yang diurut sesuai waktu. Dan pastinya nggak ada tanggal tetap atau jam atau bahkan hari. Membaca buku ini membuat kita menjadi ‘kulkas’ yang memandang kehidupan orang lain yang diperlihatkan pada kita melalui kertas-kertas yang ditempel dengan magnet.

“Tak ada buku berisi peraturan-peraturan yang memberitahuku bagaimana caranya melakoni hidupku atau mengatasi semua ini. Kalau saja buku seperti itu ada.” (2008 : hal 126)