pagi ini, sepanjang perjalanan kekampus bareng mama, Qta diskusi banyak hal... dan topik yang dibahas hari ini cukup berat, hahahha! tau laah... mana pernah aku mikirin hal beginian, sampai rasa ingin tahu itu muncul dengan sendirinya.
CALEG
hal yang terdengar 'wah' bagi sebagian orang ini yang bakal aku bahas. awalnya aku buta akan hal beginian, sampai penjelasan mama pun berlangsung seperti layaknya guru IPS yang selama ini aku benci. wow...! aku malah berminat sekali mendengarkannya.
singkat, yang lalu aku mengambil sebuah gambaran dan kesimpulan :
di Indonesia, partainya nggak cuma dua atau tiga. tapi puluhan! hal ini disebabkan atas kebijakan pemerintah yang diatur dalam UU yang memperbolehkan orang untuk membuat partai dengan beberapa syarat.
mungkin, mungkin lho ya... pemerintah menetapkan kebijakan seperti ini untuk mengurangi banyaknya pengangguran di Indonesia. bisa dibayangkan, dengan partai sebanyak itu, berapa orang yang akan masuk didalamnya, berapa banyak orang yang akan mendapat order seperti bendera partai-baliho-selebaran-dan sebagainya. berapa banyak orang pula yang akan sibuk menjelang berbagai pemilihan umum yang berkaitan dengan partai. dari gambaran seperti ini, bukan seratus-duaratus orang yang akan mendapatkan pekerjaan. tapi banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!
tapi disini 'kesalahan' itu selalu ada. sebuah partai memiliki banyak caleg yang nantinya akan mewakili suara rakyat. kalau dalam teori, para petinggi-petinggi itu harus bisa menyuarakan apa yang terpendam di hati rakyat kecil. gampangnya, membantu rakyat menyampaikan pikirannya.
tapi coba bayangin, seandainya kita menjadi berniat menjadi seorang caleg, apa sih yang ada dipikiran kita?
apa yang kita kejar?
jabatan?
popularitas?
uang?
atau tulus menyuarakan pendapat rakyat?
[jawab dalem hati aja]
dari puluhan partai akan lahir banyak sekali. banyaaaaaaaaakk sekali caleg. entah siapa mereka. darimana asalnya. latar belakang pendidikannya. motivasinya. visi dan misinya. semua berbeda. semua bersaing.
mereka ini siapa? banyak yang kita nggak tahu.
motivasinya apa? banyak yang kita nggak tahu.
mengapa mereka rela mengeluarkan puluhan atau mungkin ratusan juta uang pribadi demi menjadi caleg? kita semua yakin pasti, kita nggak tahu jawabannya.
[jangan berprasangka buruk loh!]
diatas itu semua ada dua cerita yang beda tipis tapi maksud aku menulisnya adalah sama.
aku kenal seorang perempuan, ibu beranak banyak. [hihihi, entah berapa jumlah pastinya] terakhir aku bertemu dia, kehidupannya sangat menyenangkan dan terkesan dipenuhi tawa. orangnya lucu dan ceplas-ceplos. aku tidak tahu latar belakang pendidikannya, yang aku tahu, dia bukan ibu rumah tangga, karena semua pekerjaan rumah dikerjakan pembantu. bukan pula wanita karier, karena dia tidak bekerja. dia hanya seorang 'ibu' pengangguran. yang kerjanya hanya ke mall dan menghabiskan uang.
kabar terakhir yang aku dengar, ia jatuh miskin. suaminya tak lagi kerja. anak-anaknya tidak terurus, bahkan ada beberapa yang dititipkan. hidupnya terbelit utang. tutup lubang, gali lubang. [bayangkan!]
yang satu lagi ada seorang pria muda. terbilang muda karena baru 26 tahun. pernah menikah, kemudian cerai. S1. belum memiliki pekerjaan dan tidak berpenghasilan. masih menggantungkan hidup pada orang tua. orangnya kaku, terlalu kaku karena ia hanya berkutat pada keinginannya, jarang membaca, tidak punya pegangan tetap, dan sedikit keras kepala. [gambaran yang .... ]
dari dua orang itu, ada satu keinginan yang sama. menjadi caleg! can u imagine that?!!
kenapa harus mereka? bahkan ketika aku tahu, ketika seharusnya aku mendukung mereka berdua yang aku kenal, aku melakukan hal yang sebaliknya!!!
mengapa?
menjadi seorang caleg bagiku haruslah orang yang mapan. okelah kalau hanya lulusan SMA (sesuai kebijakan pemerintah). dan ia memiliki visi dan misi yang jelas. menjadi seorang caleg memang bukan perkara mudah. ini lebih mirip seperti undian berhadiah dari sebuah produk, dapat alhamdullilah, gak dapat, terlanjur beli produknya banyak. ambilah dua contoh. seorang mapan dengan penghasilan yang lebih dari cukup dan pengalaman kerja dengan ibu-ibu yang ada diatas tadi.
kalau ibu itu mencalonkan diri menjadi caleg (dan ujungnya tidak diterima) yang dia lakukan adalah : mencari hutang. memberi janji-janji pada orang-orang disekitarnya, termasuk yang dimintainya hutang, jika ia terpilih, gajinya akan cukup mengembalikan semua itu. mempromosikan dirinya didepan masyarakat. membuat orang percaya dialah yang paling pasti dapat menyuarakan pikiran rakyat. lalu ternyata tidak dipilih. frustasi. tidak punya pegangan. tidak tahu bagaimana harus membayar hutang. bisa-bisa depresi berat.
kalau seorang mapan itu mencalonkan diri menjadi caleg (dan ujungnya tidak diterima) yang dia lakukan adalah : mengambil tabungannya, mungkin menjual beberapa property. memberi janji-janji pada orang-orang disekitarnya untuk memberikan sesuatu dalam hidupnya. mempromosikan dirinya didepan masyarakat. membuat orang percaya dialah yang paling pasti dapat menyuarakan pikiran rakyat. lalu ternyata tidak dipilih. maka ia akan frustasi juga. tapi lalu meminta maaf pada orang-orang yang telah mendukungnya. bekerja lebih giat untuk mengembalikan tabungannya yang hilang. kehidupannya lambat laun akan kembali seperti semula.
see?
kita hidup terlalu realistis!
[hahaha]