Pages

Blog Archive

Are you here because google didn't show you the right list from your keyword?

Wednesday, March 3, 2010

Sebuah Cerita di Stadion Sepakbola Surabaya

Sepertinya, semangat masyarakat tentang dunia olahraga mulai bangkit lagi ya? Inget cerita beberapa minggu yang lalu tentang kejadian di Jawa Tengah? Ada keributan yang terjadi saat bonek-panggilan untuk suporter Persebaya- sedang dalam perjalan pulang. Sebelumnya, memang Persebaya baru saja bertanding melawan Persib.

Dua hari sebelum pertandingan itu berlangsung di Bandung, beberapa teman di Surabaya mengirimiku SMS. SMS-SMS itu berisi pesan untuk berhati-hati, tidak keluyuran, dan tidak pergi sendirian. Namun tidak sedikit yang berkata “bonek-viking bersatu!”. Hihihi… lucu juga melihat antusias dari teman-temanku.

Ramai dan kesenangan di dunia sepakbola sempat meredup di Surabaya. Kejadian itu mulai aku SMP hingga awal aku kuliah. Entahlah, aku tidak tahu persis. Apakah bonek memang sedang berkurang suaranya? Atau memang aku yang tertinggal berita tentang sepakbola?

Selama yang bisa aku ingat, aku sering sekali menonton sepakbola bersama papa, abang, dan Harun (sepupuku). Tidak seperti gadis lain yang menemani ayahnya menonton acara sepakbola di televisi sambil membuatkan secangkir kopi. Aku lebih suka menontonnya langsung.

Papa selalu mengajakku hanya jika beliau mendapatkan tiket VIP. Biasanya papa mendapat tiket gratis dari Oom-ku, Oom Rusdi. Ya, Oom Rusdi memang mantan pelatih tim sepakbola. Tapi tidak jarang juga papa membelinya. Papa tidak pernah mengajakku ketika beliau mengantri tiket dan berdesak-desakkan. Beliau juga akan selalu melarangku ikut ketika kehabisan tiket dan hanya bisa duduk di bangku ekonomi. Menurut papa, duduk di bangku ekonomi adalah beresiko. Kita tidak akan pernah tahu kapan supporter akan marah dan membuat keributan. Papa tidak mau mengambil resiko membawa anak gadisnya untuk duduk bersama dan membuat gelombang.

Aku belum pernah merasakan duduk di bangku ekonomi. Sepertinya menyenangkan sekali saat itu. Melihat para bonek duduk diseberang lapangan. Aku melihat mereka bernyanyi, memberi support, dan membuat gelombang (aku ingin sekali membuat gelombang!). beberapa kali tidak diijinkan ikut ke stadion biasanya membuatku sedikit sebal. Aku malas jika harus duduk terlalu lama bersama mama dan tante-tante, mendengarkan mereka bergosip. Hehehe…

Memakan lumpia dan onde-onde. Meminum sebotol air mineral. Serta minta digendong papa ketika bola mendekati gawang. Saat itu semua orang berdiri dan aku tidak dapat melihat (maklum, pendek… hehehe). Semuanya menyenangkan, apalagi aku bisa berteriak sepuasnya distadion. Hihihi…

Ada beberapa hal yang paling aku ingat. Aku ingat sekali, beberapa anak yang lebih tua dari kami (aku, abang, dan harun) membunyikan terompet gas di telinga kami. Baunya sangat tidak enak. Tapi kami justru tertawa keras. Pasti bodoh sekali wajahku saat itu. =P

Suatu hari, Oom Rusdi mengajak papa untuk menonton sepakbola dari bawah. Ya, menontonnya dari tempat pelatih. Papa pun mengajakku. Wow! Menyenangkan sekali. Rasanya benar-benar berbeda dari menonton dari kursi atas. Meskipun itu hanya pertandingan yang lebih mirip latihan bersama (sepertinya saat itu memang tidak untuk umum, karena aku tidak melihat banyak bonek).

Papa selalu memperhatikan situasi. Ketika situasi memanas, beliau akan mengajak kami pulang beberapa menit sebelum pertandingan selesai. Lalu kami akan ke jalan Salak. Menikmati kue buatan tante Hanim dan meminum secangkir teh hangat. Biasanya kami kehabisan kue ketika sampai di rumah. Namun tidak jarang, oma, tante-tanteku, atau mama menyisakan kue untuk kami. Kebiasaan dikeluarga yang tidak pernah berubah, tea time. Duduk berkumpul bersama dan berbagi cerita.

I do miss that moment. Everything. Lumpia dan onde-onde. Melihat gelombang. Duduk menonton pertandingan di studio. Tea time. My big family. Aku bahkan masih mengingat bagaimana cahaya sore matahari menyinari kami yang duduk di teras. Tanaman-tanaman hijau. Menunggui pohon mangga besar, menjaganya dari tangan jahil beberapa orang iseng yang biasanya suka mencuri mangga sepulang menonton pertandingan sepakbola.

You know, everythings change when we are up. I mean grow up. Papa sudah berhenti menonton sepakbola di stadion. Tapi beliau masih sering begadang menonton siaran pertandingan sampai pagi (mama selalu uring-uringan paginya karena jadi nggak bisa tidur. Hahaha…). Abang dan Harun, sepertinya mereka sedang sibuk dengan pacarnya masing-masing. =P

Aku? Percayalah, aku ingin sekali mengulang semuanya. =)
Suatu hari, ketika aku sedang di kamar mandi, bersiap untuk menonton pertandingan sepak bola seperti biasa. Aku merasakan perutku sakit. Ternyata aku mengalami menstruasi pertamaku tepat saat aku akan melihat sebuah pertandingan! Can you imagine that? Mama memberitahuku bahwa itu adalah menstruasi, lalu beliau melarangku untuk pergi. Papa tidak bisa berbuat banyak mengingat wajahku yang juga pucat menahan sakit. Sejak saat itu aku berhenti. Aku tidak pernah menonton sepakbola di stadion lagi. Sampai sekarang. T.T

2 comments:

  1. HIDUP BONEKX!!

    makasih ya dah komen di blogku..

    tukeran link yuk!

    ReplyDelete
  2. loh loh?
    kamuh teh BONEK?
    ahahaha! :P
    okidoki... dida list di friends :D:D

    ReplyDelete