Ketika kamu merasa bosan dan jenuh, cobalah untuk duduk menghadap ke langit malam...
Diatas sana banyak sekali bintang. Kadang kita melihat segumpalan awan berwana oranye tua, awan gelap yg diterpa cahaya lampu kota. Suatu malam dimusim panas, aku membuka tirai biru jendela kamarku. Kamar yang selalu berantakan. Baju-baju kotor yang berserakan dilantai. Lemari baju yang tidak dapat tertutup sempurna karena baju-baju bersih yang habis dipilih tapi tidak dipakai. Akuarium yang airnya mulai menguning. Televisi dengan program aneh yang selalu menyala. Dinding ungu yang penuh dengan gambar-gambar yang aku suka, beberapa diantaranya mulai terkelupas.
Tiba-tiba aku melihat awan mendung itu datang. Warnanya benar-benar seperti yang aku katakan, oranye. Aku terpaku, menatapnya bergerak menyelimuti daerah rumahku perlahan.
Dia adalah gumpalan awan bercahaya. Cahaya yang berasal dari bumi. Bias-bias cahaya itu menggambarkan kegembiraan, hingar-bingar kota, keramaian, dan.... Keceriaan.
Kota pasti sedang penuh dengan aktivitas malam. Sekumpulan orang yang bersahabat sedang berkumpul bersama di taman kota. Sepasang muda-mudi candle light dinner di cafe-cafe semi outdoor. Rumah makan penuh dengan pengunjung anak kecil yang datang bersama keluarganya. Lalu lintas padat dengan mobil dan motor pribadi.
Aku membayangkan suasana kegiatan itu semua sambil memeluk boneka anjing pemberian Katya. Aku jenuh. Jenuh dengan apa yang kualami seharian tadi. Rutinitas selalu berpihak pada kita, namun kita selalu tidak memihak suasana. Aku yang membuat jenuh.
Rasanya, duduk didalam kamar yang sepi ini menyenangkan. Kuletakkan sekali lagi disampingku, buku Promeodya Ananta Toer, bacaan yang baru saja kubaca itu belum juga terselesaikan. Aku mengecek ponselku terakhir kalinya dihari itu, memastikan tidak ada kabar penting yang harus kutanggapi. Kupasang lampu tidur. Temaram lampu tidur yang membangun suasana membuat aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Kepalaku bersanding dengan boneka anjing coklat yang duduk dengan celemek kremnya itu. Kaos kedodoran n pants. Melalui ujung mataku, memandang mendung yang telah mendekat.
Awan mendung itu benar-benar sudah berada diatasku. Perlahan, kudengar titik-titik hujan yang menyentuh permukaan tanah.
Aku percaya bahwa bosan itu punya umur. Aku juga percaya jenuh itu tidak selamanya. Terlebih percayaku pada diri sendiri yang dapat merubah suasana menjadi menyenangkan. Aku percaya hidup itu penuh dengan hingar bingar keceriaan, lalu-lalang kebahagiaan, dan ramainya persabahatan.
Bau khas tanah basah menyeruak kekamarku. Hujan. Kunikmati rintiknya. Ritmenya. Garisnya yang terbias lampu jalan. Udaranya.
Dan aku pun tertidur. Tidur lelap.
No comments:
Post a Comment