Waktu pulang sekolah tadi, aku lewat didepan rumah salah seorang tetanggaku… bukannya aku nggak mau ngasih tahu namanya, tapi memang aku nggak tahu!! Well, isn’t the point. Pagarnya putih dan dibeberapa sisinya sudah terkelupas waktu dan berkarat. Temboknya nggak dicat, hanya dilapisi semen. Dari jauh aku bisa menilai bahwa pemiliknya bukan kalangan atas, wait, aku nggak maksud menghina.
Aku terus berjalan ke rumah mbak Har (pembantu-setengah-hari-ku) karena aku lupa membawa kunci rumah, begitu aku lewat depan rumah itu, aku melihat seorang nenek tua renta sedang duduk di atas kardus bekas air mineral, jujur, ini bukan kali pertama aku melihatnya. Dan bukan kali pertama aku menangis karenanya.
Sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya. Pagar rumah itu digembok dan pintu rumahnya dikunci. Itu disengaja oleh anak nenek itu. Dan aku tahu nenek itu tak bisa berdiri. Setiap ada orang lewat depan rumahnya, dia selalu berkata, “assalamu’alaikum nak… siapa itu?? Assalamu’alaikum nak… tolong nak… tolong…” dan nenek itu tidak perduli meskipun yang dipanggilnya mengendarai sepeda motor.
Aku memang pernah membantunya, dan aku kecewa!! Aku kecewa karena saat itu tetangga sebelah kanan-kiri dan depan rumahnya melihat apa yang aku lakukan. Bukan aku nggak mau, bukan aku nggak ikhlas menolongnya, tapi mereka hanya diam melihat apa yang aku lakukan!! Dimana hati mereka?? Dimana perasaan mereka?? Padahal mereka tahu, nenek itu hanya membutuhkan air minum!!
Hanya air minum!!
Tuhan,,, sebegitu bejatkah dunia ini??
Tapi tadi semua berbeda,, tak ada orang sama sekali. Sepi sekali gang itu… maaf Tuhan atas apa yang aku lakukan tadi… aku benar-benar minta maaf Tuhan… saat aku melewati rumahnya,, dia berkata, “assalamu’alaikum nak… siapa itu?? Assalamu’alaikum nak… tolong nak… tolong…” tapi aku diam saja dan terus berjalan. Sore ini gerimis dan aku sangat lelah.
Hatiku mulai berkecamuk. Kata-kata nenek itu terus menggema dalam pikiranku. Memang separah itu yang terjadi dalam diriku. Tapi aku menahan keinginanku untuk membantunya. Tak ada alasan atas itu. Sekembalinya aku dari rumah mbak Har,, lelahku makin bertambah.
Saat aku berbelok memasuki gang dimana rumah nenek itu berdiri, seorang cowok memotong jalanku dengan sepeda motornya lalu ngebut kearah gang itu. Kami sempat saling memandang beberapa detik, pandangan yang paling menyebalkan yang pernah aku lihat, sinis. Dalam hati aku mengumpat. Umpatan yang memang nggak pantas untuk keluar dari mulutku.
Aku nggak pernah lihat cowok itu, tapi emosiku begitu meluap saat melihatnya. Aku sempat mengucap, “sabar dida, sabar… dia hanya nggak ngerti… dia mungkin buru-buru…” lalu aku menghembuskan nafas. Digang itu, aku bertemu dengan tukang bakso langgananku. Dan aku sangat amat terkejut bukan karena tukang bakso itu menyapaku, tapi ketika aku lihat cowok yang memandang aku sinis tadi berhenti didepan rumah si nenek.
Aku mempercepat langkahku, aku sangat ingin tahu apa yang dia lakukan. Dan baru aku sadari kalau cowok itu adalah salah satu keluarga nenek itu. Saat aku didepan rumah nenek itu, kami saling memandang, dan mungkin juga terlihat jelas dari raut wajahku kalau aku marah. Sangat marah. Tapi kejadian berikutnya membuatku shock hingga aku meneteskan airmata di depan pintu rumahku sendiri.
Cowok itu masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan si nenek yang meminta bantuannya... dan ketika aku mulai berpikir apa yang harus lakukan, satu pertanyaan besaaaaaaaaarrr menggantung dikepalaku,,,
APA YANG BISA AKU LAKUKAN UNTUK MEMBANTUNYA???? Apa harus nangis ditemani tissue toilet(lagi)??
No comments:
Post a Comment