Aku nggak pernah ngebayangin gimana aku bisa ada disni. Empat bulan lagi aku akan menghadapi ujian akhir, wisuda-an ala anak SMA. Perpisahan dipantai sambil liat sunset yang bikin mata berbinar, terus ditutup dengan tangisan yang nyadarin kalau semua itu nggak akan terulang lagi. Kenangan kami. Kenanganku.
Orang bilang, masa SMA itu masa yang paling indah,,, masa dimana kita ngerasain banyak hal,,, banyak cerita,,, banyak pengalaman,,, dan masa inilah yang sedang aku alami…
By the way… itu masih empat bulan lagi,,, enam belas minggu lagi,,, dan semuanya akan aku lewati. Semua pasti berjalan menyenangkan. Semua pasti menjadi istimewa dalam kenanganku. Aku sedang duduk dibangku paling depan. Dari tempat dudukku, aku dapat lihat lalu-lalang anak-anak berseragam sama.
Ini hari yang aneh. Tak ada buku tugas dari teman yang memaksa aku untuk mengerjakannya. Tak ada buku bacaan dari perpustakaan. Bajuku juga bukan baju kedodoran yang biasa aku pakai kesekolah. Rokku bukan rok besar yang dulu dibilang anak kelas sebelah “rok jaring ikan”,, yah… karena ukurannya. Mama mana mau menjahitkan baju yang keren untukku. Tapi sekarang beda. Tasku juga kecil, bukan ransel penuh buku lagi.
Tiba-tiba Vina datang, lalu duduk disebelahku. Haa?? Cewek yang populer seantero sekolah karena kecantikan dan ke-bego-annya itu duduk disebelahku, mengajakku mengobrol seperti layaknya sahabat karib. Wow... aku sempat gagap menjawab beberapa pertanyaan ringan yang diucapkannya.
Lalu Raya datang, raya yang aku tahu sahabat kental Vina itu ikut mengajakku ngobrol juga. Aku merasa jadi bagian dari mereka. Bukan bagian yang kebetulan... tapi memang benar-benar bagian cewek-cewek terkenal satu sekolah. Sukur-sukur bisa kayak Vina yang sampai dikenal sekolah daerah timur. Wahaaaaaa... sekarang,, jangan lagi panggil aku dengan sebutan “Ire Cupu” lagi... panggil aku “Ire” karena aku, bukan cewek cupu!!!!
Kalau aku jalan ke kantin, Vina dan Raya ngikut dibelakang. Huah.. lagaknya udah kayak bos dikawal dua cewek cantik!! Semua cowok pada ngeliatin dengan pandangan yang takjub. Aku melangkah dengan pede, sampai akhirnya aku gagap lagi karena bertemu dengan Saputra. Cowok ini bener-bener perfect!! Waktu aku masih cupu, dia mau nyapa aku. Sekarang aku jadi beken, dia masih mau nyapa aku!! Padahal,, nggak sedikit cewek yang berharap jadi pacarnya, Saputra... sapa sih yang nggak mau ama cowok yang satu ini?? Gila ajah,, uda keren, pinter, juara segalanya, jago olahraga, anti hal-hal buruk, cakep, ramah, murah senyum, kaya, and yang bikin para cewek jadi leleh kayak coklat dijemur,, Saputra tuh baiiiiiiiiikkk banget ama cewek... kayaknya buat dia cewek tuh anugerah terindah dari Tuhan.
Saputra menggandeng tanganku. Dia mengajakku kekantin bersama. Aku mengiyakannya. Kami berjalan berdua. Lalu menikmati soto ayam buatan bu Ani. Semua terasa benar-benar nikmat.
Tiba-tiba terasa semua bergoyang. Mangkuk soto pun turut menumpahkan isinya. Aku panik. Sangat panik. Tapi Saputra melindungiku. Dan aku diam kembali. Aku percaya dia bisa melindungiku. Lalu...
“Ire?? Udah sadar yah??” tanya seseorang.
“kamu siapa??” tanyaku.
“lho??” balas orang itu.
“kok gelap sih?? Memang mati lampu yah?? Aku dimana??” tanyaku lagi.
“ini Saputra. Kita ada dikamar kamu dan sekarang lagi terang banget...” jawab dia.
“nggak,, nggak mungkin!! Aku nggak bisa lihat kamu!!” teriakku mulai panik.
“apa mungkin??” katanya pelan.
“mungkin apa?!?!” bentakku tak tahu arah.
“kamu tadi bertengkar sama Vina dan Raya. Vina ngedorong kamu. Kamu jatuh, aku nggak tahu persisnya kayak gimana, setelah jatuh yang jelas kamu nggak sadarkan diri. Dan kita disini...” terang Saputra.
“si cupu udah sadar yah??” tanya seorang cewek.
“kamu siapa?” tanyaku.
“buta yah lo!! Yah gue lah,, Raya...” jawabnya kasar.
“a.. aku... aku... aku nggak bisa lihat...” kata-kataku terasa bergetar dan selanjutnya aku menangis. Terus.
“aku nggak bisa lihat!!” teriakku sambil memukuli wajahku berkali-kali. “Hwaaaa!!!!!!!!!” jeritku.
Keadaan sunyi. Dan aku ingat. Ini bukan mimpi. Aku sadar betul. Aku masih Ire si cupu. Aku masih merasakan seragam kedodoranku. Aku masih dibenci Vina dan Raya. Aku ingat Vina membentakku sambil melemparkan buku tugasnya yang tak kukerjakan tadi malam lalu dia mulai membentakku dengan makian-makian kasar. Raya turut ambil bagian. Isi tasku dibuatnya berserakan dilantai. Seragamku pun ditariknya, kancing bajuku tercabut dua biji. Dan Vina emosi. Mulai menjambak rambut ekor kuda-ku. Lalu ia mendorongku. Aku ingat betul. Aku jatuh begitu saja. Sakit. Gelap. Lalu aku disini.
“puas kalian lihat aku buta?!?!” jeritku tak tahu pada siapa diruangan ini.
Aku masih terisak. Tak ada yang menjawabku. Tampaknya mereka benar-benar puas. Aku buta. Aku tak bisa lagi melihat matahari yang indah. Aku tak dapat lagi bertemu dengan dongeng lucu itu. Aku tak akan bisa membantu kek Dayat berjualan bunga segar yang indah. Aku tak bisa ke toko buku, tempat favoritku sepanjang masa.
Aku masih Ire si cupu. Ini bukan mimpi. Vina masih membenciku. Raya masih emosi padaku. Tak ada yang tahu apa mauku. Aku masih berteman baik dengan buku. Tapi ada satu cerita di SMA yang tak pernah berubah... Saputra masih disini... menemani aku si buta Ire yang cupu...
No comments:
Post a Comment