Pages

Blog Archive

Are you here because google didn't show you the right list from your keyword?

Sunday, March 15, 2009

Arah Jalan

Aku telah mendapatkan tempat magang. Tapi itu semua jauh dari rumahku. Rumahku di Surabaya yang seumur-umur tidak pernah aku tinggalkan untuk urusan beginian.
Ada satu cerita garing hari kedua aku di Kediri. Sebagai pembuka, aku nggak bisa nyetir satupun kendaraan kecuali mengandalkan kaki yang makin lama makin kayak tongkat baseball. Tukang becak disini nggak tahu jalan. Supir angkot disini nggak tahu jalan selain rutenya. Taxi? Oh, tolong jangan tanyakan dulu. Sampai detik ini aku belum menemukan satu pun armada taxi. Dan yang mengenaskan, tanpa peta atau kompas, aku nggak tahu aku dimana.

Berbekal nekat, aku memutuskan naik angkot menuju kantor tempat aku magang. Tujuannya, lusa (waktu magang nanti) aku nggak bingung transportasi kesana yang jaraknya sekilo-an dari kost-ku. Aku ngajak nisaa. Kita satu gelombang wkt masuk magang disini.
Sebelum naik angkot, nisaa bertanya pada si supir yang masih muda itu, “pak, ini ke KSTV?”
“KSTV? Mana itu mbak?” tanya si supir.
“umm, jalan Hayam Wuruk...” jawab nisaa. Dan si supir pun mengiyakan. Namanya transportasi umum nan merakyat serta sedikit reyot, penumpang pun beragam. Ada ibu-ibu. Ada bapak-bapak. Anak SMA. Ada tukang sayur. Dan ada pengangguran (curhat?). aku dan nisaa duduk berjajar. Didepan nisaa ada seorang ibu-ibu yang kelihatannya ramah. Oh, kota yang sepertinya ramah dengan pendatang.
“mau kemana, mbak?” tanya seorang ibu.
“ke KSTV...”
“kerja, ya?” tanyanya lagi.
“oh, nggak, bu... kita magang...”
“ohh... magang...” jawab ibu itu bebarengan dengan si supir angkot tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Si supir angkot ternyata juga ingin tahu sekali. Mungkin karena caraku dan nisaa bicara dengan dialek yang berbeda dengan mereka membuat mereka sadar aku bukan penduduk sana. Kami berdua tersenyum.
“kenapa nggak magang di Doho TV?” tanya si Ibu lagi.
Nisaa pun menjawab, “nah... itu dia, bu... saya nggak tahu Doho TV itu dimana...”
“oh... gitu toh mbak...” kata si ibu dengan dialeknya yang sangat jawa.
Tiba-tiba, dengan bodohnya, si supir angkot bertanya, “lho? Ini mau ke Hayam Wuruk atau Doho TV?”
“Hayam Wuruk, pak...!” jawab nisaa, aku, dan si ibu bebarengan.
“ohh...” komentarnya pendek.
“di gunung klotok juga ada Rajawali TV lho, mbak...” kata si Ibu lagi.
“ohh... disini TV lokal banyak juga ya...” komentar aku dan nisaa.
Lagi-lagi, dengan tiba-tiba dan bodoh, si supir angkot bertanya, “lho? Mbak-mbak ini mau kemana toh? Hayam Wuruk apa Gunung Klotok?”
“Hayam Wuruk...!” jawab kami dengan sedikit mulai garuk-garuk pantat.
Sesampainya di Jalan Hayam Wuruk, si supir angkot tiba-tiba berhenti dikiri jalan. Dengan menunjuk keluar jendela dan tampang cupunya, ia berkata, “ini mbak namanya jalan Hayam Wuruk...” katanya dengan menunjukkan plang hijau bertuliskan nama jalan yang seratus meter sebelumnya, penduduk didalam angkot sudah mengetahuinya, termasuk aku.
Berlanjutlah perjalanan hingga ke KSTV. Aku dan nisaa pun selamat.
Oh, ini akan terasa sangat lama dan panjaaaaaaang... hidup yang aneh. I miss my home. *homesick*

2 comments:

  1. sumpah pengalaman yg membodohkan yg qt berdua tak jalan and gak bsa transport.....hahahhaaa....

    ReplyDelete
  2. hehehe...
    iyaa, lucu juga kaloo inget sekumpulan anak yang nggak tahu apa2 berusaha survive dengan kebodohan-kebodohannya :P
    miss u, friends... :)

    ReplyDelete