Karantina calon pemain Bendera Sobek sudah berjalan. Ini hari ketiga aku menghabiskan waktu yang aku punya bersama calon bintang. Lagi-lagi bekerja bersama banyak orang. Sungguh penuh warna dan saaaaaannggaaaaaaaattt menyenangkan!!! Sungguhh!! Hahahaa~
Jauh dari semua yang aku kenal. Disini aku berkumpul bersama semua sahabat dan keluarga baruku selama masa karantina. Menyenangkan. Hanya saja, aku tidak lagi merindukan rumah seperti beberapa waktu yang lalu. Rasanya aneh ketika "rumah" yang selalu menjadi alasanku menangis ketika jauh atau tak dapat pulang kini tak kurasakan detaknya padaku. Aku tidak merindukan rumah. Aku bahkan tidak merindukan bantal oranye jelek yang selalu bertengger diatas kasurku bersama selimut biru dan boneka anjing bercelemek. Aku tidak merindukan kamarku yang gila.
Papa dan Mama marah padaku karena suatu sebab. Entahlah, mungkin itu bukan alasan bagus untuk mengatakan aku tak merindukan rumah. Itu juga bukan alasan bagus untuk meninggalkan karantina dan pergi.
I don't know. I'm in a mess! Hari ini tiba-tiba aku kram lagi. Dua kali. Dan kejadian itu membuatku ingat bahwa sudah 3 bulan aku tidak kontrol ke dokter, yang artinya adalah aku menghentikan observasi dokter secara sepihak. Banyak alasan untuk berhenti. Dan jauh lebih banyak alasan untuk menyesalinya. Tapi aku memang telah melakukannya.
"Sudah terjadi", kata cangkir keramik kecil berhias mawar biru berisi susu coklat hangat. Aku duduk di meja makan. Berbicara padanya, si cangkir keramik. Lagu Pray-nya Justin Bieber diputer di channel V. Suara rintik hujan diluar. Aku duduk dan ngobrol bersama cangkir keramik.
Salahkah jika aku mengeluh padamu, cangkir? Tak mungkin juga aku membanjiri kamar Rina dengan curhatanku. Ia sudah cukup lelah mengurus kebutuhan banyak orang. I'm not kinda lost girl. Or freak one. It just a bad day, cangkir.
Kamu pasti juga pernah mengalaminya kan? Waktu ada kakek tua yang membuat kopi hitam dengan banyak ampas. Kamu terlihat sangat menjijikkan setelah dipakai. Kamu pasti merasa it's sooo messy! Iya kan? Mungkin seperti itu perasaanku entahlah cangkir, aku tak pernah berempati menjadi cangkir sebelumnya, sedikit susah menempatkannya. Tapi kamu pasti mengerti dunia manusia dengan baik. Hahahaa! Ya, kami hanya sekumpulan berkaki dua yang tak pernah puas dalam hidup.
Aku mungkin hanya lelah. Semoga begitu. Semoga besok lebih baik dari hari ini ya!
By the way, baru saja terbesit dalam pikiranku. Mengapa banyak orang marah dan melampiaskannya dengan melempar lawannya dengan cangkir-cangkir indah yang dibeli dengan berlembar uang. Mengapa mereka begitu bodoh? Padahal banyak orang, atau mungkin hanya orang gila sepertiku yang memanfaatkan cangkir sepertimu untuk berbicara. Kau sungguh cantik dengan putih gading-mu itu. Juga dengan mawar dan daun berwarna biru muda itu. Sungguh-sungguh cantik.
Terimakasih telah mendengarkan curhatanku malam ini, cangkir keramik yang cantik. Susu coklatku telah habis, saatnya menaruhmu di tempat cuci piring.
Selamat malam. :)
No comments:
Post a Comment