Pages

Blog Archive

Are you here because google didn't show you the right list from your keyword?

Saturday, February 27, 2010

Berhenti Instan

. Hi all… =)
. It’s Saturday night, see all the status on facebook. I think they have a wonderful satnite… I just sitting under my blanket, lisn to the music (hey, my friend was sending me a great one, it’s Medley with Somewhere Over The Rainbow-What a Wonderful World. I like it...), playing games, make a cup of hot choco, and trying to put my chips in a Pringles ~mini~ can. Why they didn’t make a bigger one? Lol. It’s cold here and makes me hungry all the time. Burp~ lol.
. You know I was moving to the new place. A new place which is very different like before. Laundry, cooking, cleaning, I must do everything’s here by my self. Wtf.
Ok, staying here isn’t bad actually, although feel so quite like a graveyard. Lol. Maybe is the right time to do everything without nanny as usual. Maybe is the right way to stop being a clinging vine.
Ohh gee, my English isn’t getting any better. =(
.
. Next topic.
. Waktu aku kecil, ada salah satu jenis makanan yang rasa-rasanya enak dan susah sekali mendapatkan kesempatan untuk memakannya. Mie instan. Hahaha! Siapa sangka kalau makanan yang dulu hanya bisa aku makan mungkin sebulan sekali ini sekarang bisa aku makan kapan pun aku mau?

. Waktu kecil, memakan mie instan rasanya lebih heboh dari pada memakan pizza. Kadang sampai kangen sekali makanan ini. Tidak jarang juga aku memohon pada eyang atau saudara yang lebih tua untuk memasaknya. Memang keluargaku agak melarang aku dan abang untuk mengkonsumsi makanan semacam ini. Menurut para tetua di keluarga (alaaahh...), makanan semacam ini tidak sehat jika dikonsumsi terlalu banyak. Malah, salah seorang sepupuku pernah mengatakan sebuah kalimat saat aku SD, “kalau makan mie banyak-banyak, nanti ususmu keriting loh!” parahnya, aku percaya dan takut pada mie instan. Untuk beberapa saat.
. Semakin lama, aku semakin suka hampir semua jenis makanan instan. Mulai dari pizza, sup, pasta, bubur, miso, kentang tumbuk, siomay, dan makanan instan lain yang dijual di supermarket. Entah kenapa selalu ada rasa menggelitik di hati untuk mencoba makanan instan yang baru muncul dipasaran.
. Memang sampai sekarang aku tidak merasakan secara langsung efek buruk makanan instan. Namun yang paling sering aku rasakan adalah omelan dan wejangan dari eyang putri dan papa tentang makanan instan. Eyang putri dan papa adalah kelompok orang-orang yang mungkin sangat-anti-kecuali-terjebak-di-moment-yang-sangat-terpaksa-untuk-mengkonsumsi makanan instan.
. Sampai sekarang, papa tidak mau menyentuh chicken nuggets atau sosis untuk dibiarkan begitu saja melewati tenggorokannya. Hahaha! Mungkin aku memang harus mulai merubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat seperti mereka.
. Nggak tahu kenapa, tadi sepulang dari kos si Pras, mulutku rasanya ingin mengunyah mie instan. rasanya kangen banget makan mie instan. hahaha! Jadi begitu aku sampai di kos yang sunyi ini, aku langsung ke dapur dan membuat mie instan. Padahal aku sudah makan malam T.T huhuhu... mau nggak gemuk gimana coba...
. Well, beberapa hari ini aku selalu ‘membuat suara’ di dapur. Mencoba (dengan sangat ngawur) resep-resep masakan. Sebenarnya aku ingin sekali pergi ke pasar tradisional untuk membeli bahan mentah. Sayangnya, aku nggak tahu letaknya dimana. Hihihi...

2 comments:

  1. hai, salam kenal y!

    wow, blognya keren punya...

    ReplyDelete
  2. hi ragil! salam kenal juga... :)
    makasih... [jgn kebanyakan dipuji,, GR nih aku ntar... hahaha!]
    makasih juga udah mau mampir ke blog dida yaa... :D

    ReplyDelete