Pages

Blog Archive

Are you here because google didn't show you the right list from your keyword?

Sunday, January 2, 2011

Letak Hati Manusia

Aku memutar waktu ke sebelas tahun yang lalu. Suatu siang yang terik di gedung tua yang seram. Kala itu, tubuhku hanya terbalut sehelai kain hijau muda-bertali dibagian belakang. Wajahku yang hitam terlihat pucat. Degup jantungku terasa lebih kencang. Aku sedang gugup, atau mungkin juga takut. Kuingat raut wajah mama yang sebal melihat tingkahku. Aku tahu ia sedang lelah, tetapi rasa takutku tak kunjung surut. Belum lagi rasa lapar yang mendera, ususku bagai ular yang mendesis kelaparan.

Seharian puasaku pun dibayar dengan memasuki ruangan aneh yang dipenuhi benda aneh. Disitulah, seorang wanita berpakaian putih berwajah judes itu menyambutku. tak sampai aku puas memandangi ruangan itu, si ibu judes itu menyuruhku untuk menanggalkan pakaianku. Digandengnya tanganku kearah sebuah pintu besi. Kemudian aku disuruh berdiri membelakangi balok besi itu, kemudian mundur, mundur, mundur hingga tubuhku terasa dingin menempel balok besi. Balok besi itu lama-lama miring, dan aku dibuatnya terbaring diatasnya tanpa bantal ataupun alas. Ruangan ini mengerikan!

Seorang dokter masuk dan memeriksaku. Ia menggunakan alat-alat aneh yang menenggelamkan mimpiku sebagai dokter karena pekerjaannya yang tampak horror. Kemudian, dengan ramah, sang dokter bertanya, “pernah tahu dimana letak hatmu?”. Aku pun menjawab dengan isyarat tangan yang menunjuk ke arah dadaku. Dokter itu tersenyum dan mengarahkan alatnya menuju pinggangku. Di layar monitor hitam putih itulah tampak warna putih pekat membentuk gumpalan-gumpalan. “ini yang namanya hati” kata sang dokter. Aku menatap ke monitor dengan perasaan aneh.

Bodohnya si Dida kecil. Ia tertipu oleh metafora Bahasa Indonesia. Perasaannya kecewa karena letak sebuah hati. Hati yang selama ini disebut-sebut sebagai korban ketika kita kecewa. Hati yang selalu kita dekap hangat di dada ketika bahagia menyeruak. Hati yang dimaksudnya hanyalah sebuah kiasan. Ia tidak tahu harus menyalahkan siapa atas kekecewaannya. Satu hal yang ia tahu adalah ia baru saja tahu bahwa ia hanyalah seorang anak kecil bodoh yang baru belajar sesuatu dari tempat yang paling dibencinya. Ditempat itu pula ia patah hati dalam arti kiasan.

Hati yang dilihatnya dalam monitor adalah gumpalan-gumpalan aneh. Gumpalan penting yang membantu mengurai dan mendaur ulang sel-sel darah merah. Gumpalan yang menyingkirkan benda berbahaya dan tidak penting dalam tubuh.

Dalam hidupnya, Manusia seringkali merasa terjatuh dan disakiti. Namun sebenarnya ia salah jika harus marah pada sekitar atau pada keadaannya. Karena sebetulnya banyak orang yang tidak mengenali dirinya sendiri. Marah karena ketidaktahuannya, just like stupid little girl, Dida, yang tidak benar-benar tahu dimana letak hatinya...

No comments:

Post a Comment